,

MOLLO PANGGIL PULANG

Ketong Bersama – Kali ini saya ingin menceritakan mengenai kunjungan pameran foto karya muda mudi Mollo, di Desa Taiftob, Kapan, Soe, Nusa Tenggara Timur. Pamerannya mulai dibuka sejak tanggal 14 Agustus kemarin dan penutupannya pada 17 Agustus 2017. Ada yang menarik dibalik slogan “Mollo Panggil Pulang”. Apakah itu? Ada ajakan yang jelas terungkap untuk mengundang kedatangan muda mudi Mollo yang sedang berada diluar sana. 

Bukan hanya untuk datang ke Mollo, tapi bawa dedikasi positif demi membangun Mollo. Butuh 2 jam untuk sampai ke Lokasi. Dalam perjalanan kurang dari 5 meter di lokasi tampak anak2 sedang berlari. Ada yang menggunakan sepatu, kebanyakkan telanjang kaki. Ramai, perayaan ulang tahun Indonesia di Desa Taiftob. Tampak orang2 begitu menanti-nantikan kedatangan para pelari. Siapa yang jadi juara. 

Ketika saya dan teman2 datang ke lokasi, kami diberikan spidol untuk menulis buku tamu yang kami jejaki dengan tulisan tangan di balik kain yang direkat pada pintu masuk “mantan kantor camat” Desa Taiftob. 2 ruangan yang ada di dalam pameran, mulai saya telusuri. 
Sederhana, ada cerita. 15 Karya Anak Desa terpasang diruang yang dihiasi juga dengan kain adat dan souvenir hasil karya warga setempat.  Apa yang saya lihat sungguh luar biasa. Anak Desa Taiftop punya sudut pandang yang berbeda dalam hal persepsi. Mereka memotret hal-hal yang menarik dan ada disekitar yang mungkin terlihat biasa secara umum bagi beberapa orang. Bunga, Ruangan dalam rumah, orang2 terdekat yang mereka jumpai jadi objek. 
Salut untuk kakak2 Lakoat Kujawas dan Sekolah MUSA yang ikut andil dalam pembentukan pola pikir dan persepsi positif bagi anak2 Desa Taiftob. Menjadikan yang terdekat sebagai karya. Unjuk rasa kecintaan pada Tanah sendiri. Jejak ruangan yang satunya terpampang foto-foto yang bercerita tentang Desa Taiftop, Kapan. 
Hasil foto dari history Kapan. Diluar pameran ada taman baca mini. Anak2 tampak menikmati jajanan buku yang tersusun di dalam kardus dan kotak buku. Saya jadi ikut menikmati jajanan itu. Kerenyes. Bagaimana tidak, saya memilih jajanan miliknya Raditya Dika yang berjudul Brontosaurus. Bukan Novelnya, tapi  13 kisah nyata hidupnya. Bangga. Nusa Tenggara Timur masih punya rasa. 
Ayo teman2, kita bangun bangsa dari diri sendiri dengan membaca, berbagi kebaikan lewat tutur kata dan toleransi. Buat teman2 komunitas yang ada di Nusa Tenggara Timur, jika punya cerita jangan lupa berbagi. Ajak muda mudi turut berbakti, saya sangat senang bisa turut hadir (jika diundang).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page