Ketong Bersama – Awal mula ketika ada broadcast pesan di WhatsApp untuk mengikuti sekolah aktivis perempuan muda lopo gender dan karena kebetulan saya sedang dalam kondisi jenuh dalam proses menyelesaikan tugas akhir, saya memutuskan untuk ikut bergabung biar bisa dapat teman dan suasana yang baru.
Sekolah ini diadakan setiap hari Sabtu mulai jam 8 pagi sampai selesai, bisa sampai jam 4 sore bahkan jam 5 sore bisa juga lebih awal jam 3 sore yang berlangsung selama dua bulan. Saya satu-satunya perempuan teknik elektro yang ikut nimbrung dalam sekolah aktivis perempuan muda ini. Pesertanya lebih banyak dari jurusan psikologi dan rata-rata semester 3 tapi ada juga yang sudah sarjana, tapi bukan sarjana teknik elektro tentunya, hehe.
Semua perempuan punya latar belakang organisasi alias anggota dari komunitas tertentu. Saya yang masih awam disini, berkaitan dengan komunitas (waduh).
Pertemuan minggu pertama kami dikenalkan mengenai apa itu sekolah aktivis perempuan muda lopo belajar gender, materi yang akan kami pelajari selama sekolah, pemilihan ketua kelas untuk setiap minggunya dan orang yang mereview materi juga ice breaker serta penetapan aturan dalam sekolah ini, yaitu tidak boleh datang terlambat. Yang terlambat diberi hukuman untuk membersihkan kelas setelah selesai kelas dan jika tidak mengikuti kelas selama 3 kali dinyatakan tidak lulus alias tidak boleh mengikuti kelas selanjutnya dikarenakan setiap materi punya kaitan yang erat dan saling berkesinambungan.
Pelajaran luar biasa yang diringkas untuk dapat dipahami hanya dalam waktu dua bulan ini sangat luar biasa dan menginspirasi saya sebagai kaum muda perempuan Nusa Tenggara Timur. Sekolah ini merobek isi kepala saya lalu membuang persepsi-persepsi yang selama ini tumbuh dan berkembang karena “lingkungan” dan menata ulang ruang di kepala saya dengan fakta dan realitas yang terjadi selama ini. Berikut adalah materi-materi yang saya pelajari di sekolah ini :
- SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN INTERNASIONAL DAN INDONESIA
- HUKUM, HAM DAN DEMOKRASI
- KONSEP GENDER
- KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
- ANALISIS GENDER
- SEKS
- KEKERASAN BERBASIS GENDER
Itu adalah materi – materi yang kelihatannya seperti materi-materi sosial pada umumnya, kalau dalam pelajaran mungkin termasuk dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sedikit sejarah dan biologi.
Satu materi dibahas setiap pertemuan, pematerinya dari bidangnya masing-masing dengan membawakan kurang lebih 1 jam materi dilanjutkan dengan diskusi kelompok lalu presentasi dan tanya jawab. Topik diskusi dikaitkan dengan kejadian nyata yang terjadi dalam kehidupan. Ada makan siang dan cemilan sorenya juga (cihuyyy). Setelah makan siang ada ice breaker lalu dilanjutkan dengan presentasi dan tanya jawab. Untuk setiap kelompok diwajibkan untuk membuat yel-yel. Jadi setiap memulai presentasi diawali dengan yel- yel. Tidak lupa ada doa sebelum dan setelah kelas berlangsung.
Sekolah aktivis perempuan muda lopo gender punya konsep belajar yang menurut saya patut dicontohi oleh lembaga pendidikan termasuk kampus saya (tidak masalah jika minus makan siang dan cemilannya). Saya tidak pernah bosan bahkan selalu menantikan hari berlalu untuk segera bertemu dengan teman-teman dan juga materi yang akan dibawakan dan tampaknya teman-teman saya juga tidak pernah bosan karena mereka selalu datang setiap hari sabtu dengan semangat yang tampak dari wajah mereka. Pada acara kelulusan kami diberikan sertifikat, modul dan cinderamata berupa tas dan gelang motif tenun (penyerahan kepada peserta masing-masing).
Kembali kepada merobek isi kepala saya, inilah hal luar biasa yang saya dapatkan dari sekolah ini yang kiranya perlu diketahui semua perempuan terutama perempuan di Nusa Tenggara Timur .
1. Jadilah berpendidikan
Ada teman saya yang pernah menanyakan kepada saya kenapa perlu belajar gender toh hukum dan dunia sekarang sudah setara gender. Yah. Apa yang tampak kadang tak seperti kenyataannya.
Pertama, jika sudah setara gender mengapa ketika menjadi polisi wanita “harus” ada tes keperawanan dan itu tidak berlaku kepada laki-laki. Ada anggapan bahwa keperawanan ditandai dengan keluarnya darah saat pertama kali berhubungan seks. Faktanya, tidak ada korelasi antara selaput dara dan keperawanan. Maka, pemeriksaan selaput dara dengan tujuan mengetahui keperawanan tidak memiliki nilai klinis. WHO bahkan mengkategorikan tes keperawanan sebagai tindak kekerasan (Sumber: Artikel titro.id ‘Keperawanan dalam Dunia Medis’).
Kedua, ketika seorang suami memasak di rumah, ibu mertua dan tetangga biasanya bilang, “kasihan istrinya tidak memperhatikan dia” lalu ketika suami tidak merawat anak malahan istri tetap dibilang tidak becus. Seolah letak kesalahannya ada pada seorang istri dikarenakan tanggung jawab terhadap pekerjaan rumah dan anak hanya menjadi tanggung jawab istri.
Ketiga, ketika perempuan diperkosa maka yang disalahkan adalah perempuan. Alasannya karena pakaiannya mini, ketat dan karena pulang sudah larut malam. Perempuan seolah diberikan label untuk mengontrol hasrat seksual laki-laki dengan harus berpakaian tertutup dan harus pulang sebelum matahari terbenam. Bahkan terdakwa pemerkosaan bisa dibebaskan jika korban sudah tidak perawan (Sumber : Artikel tirto.id ‘RUU Anti-Kekerasan Seksual: Dijinakkan Pemerintah, Lamban di DPR’). Lalu dimanakah letak Hak Asasi Manusia ? karena sebagai manusia, perempuan juga bebas memakai pakaian yang diinginkan dan pulang kapan saja. Begitulah, kira-kira jawaban saya kepada teman saya.
Sadarilah bahwa perempuan hanya dibedakan secara biologis dengan laki-laki (fisik). Perasaan dan logika juga dimiliki laki-laki begitupun perempuan. Jadi kalau ada yang bilang perempuan lebih menggunakan perasaan dibandingkan logika dan laki-laki lebih menggunakan logika dibandingkan perasaan itu tidak benar. That’s why harus belajar tentang gender. Karena dengan belajar gender realitas dan faktanya bisa kelihatan. Oleh sebab itu belajarlah untuk jadi berpendidikan karena dengan begitu bisa mengajarkan hal-hal yang semestinya kepada penerus bangsa ini.
2. Jangan berasumsi
“jangan berasumsi” karena dengan berasumsi secara tidak sadar menjauhkan yang dekat. Contohnya, ada teman kampus saya terlihat kesulitan untuk mengerjakan tugas dan saya ingin menanyakannya dengan tujuan untuk membantunya tapi karena dia menjawab dengan nada suara yang keras saya tidak jadi membantunya karena saya berasumsi bahwa teman saya ini sudah berlaku kasar atas pertanyaan baik saya. Padahal teman saya bernada kasar karena dia sedang kesal laporannya dihilangkan oleh senior. Jadi cobalah untuk tidak berasumsi dan jangan sampai niat untuk berbuat baik itu hilang.
Inilah dua hal dari 7 materi yang setidaknya mengubah cara pandang saya menjadi lebih baik dan berharap itu juga terjadi kepada teman-teman yang sudah membaca tulisan ini.
Terima kasih kepada Kakak Rosy sebagai Koordinator kelas dan semua pemateri dari sekolah aktivis perempuan muda lopo gender untuk perjuangannya sehingga saya dan teman-teman angkatan 7 bisa mendapatkan wawasan yang luar biasa serta terima kasih kepada teman-teman angkatan 7 untuk kebersamaan selama 2 bulan ini dan jangan lupa teruskan perjuangan untuk menginspirasi kaum muda dimanapun kalian berada demi Indonesia yang lebih baik.
Leave a Reply