Ketong Bersama – Hari Sabtu yang identik dengan bersantai menjadi berbeda kali ini karena digunakan untuk membedah buah pikiran dalam kelas TRW (Think, Read, Write). Kelas ini pertama kali dilaksanakan di Kota Kupang yang diberikan oleh Marsen Sinaga, salah seorang fasilitator dari Studio Tanya (School of Critical Thinking).
Ada 5 peserta yang mengikuti kelas TRW. Masing-masing dengan latar belakang pendidikan berbeda, diantaranya ilmu administrasi negara, ilmu komunikasi, pertanian dan teknik elektro dengan latar belakang pekerjaan masing-masing, yakni mahasiswi, anggota komunitas film, pegawai BUMN dan pekerja LSM. Meskipun begitu mereka memiliki tujuan yang hampir sama dalam kelas ini yaitu ingin belajar lebih mendalam mengenai menulis.
Kelima peserta lalu disuguhkan 5 instrumen untuk menulis sebuah tulisan. Menariknya, instrumen-instrumen ini bisa digunakan untuk membuat tulisan yang berbobot, menilai tulisan seseorang dan hanya terdiri dari satu proses yaitu berpikir. “hmmm….gampang”, pikir saya. Berpikir menurut saya adalah keadaan dimana otak yang mengonsumsi informasi dengan cepat memahami informasi tersebut. Di jaman yang canggih ini terutama berpikir berkaitan dengan memahami informasi dari media sosial merupakan hal yang mudah.
Namun, kenyataan yang terjadi ketika para peserta (termasuk saya) diberikan beberapa artikel dengan tugas menilai tulisan menggunakan 5 alat tersebut, para peserta membutuhkan waktu yang tidak sedikit atau jadi sedikit lebih lambat dalam berpikir dari biasanya. Berpikir menjadi lebih lambat dikarenakan prosesnya meliputi kelima instrumen yang terdiri dari, mengerti, memutuskan, menyimpulkan, mendefinisikan dan menggolongkan.
Berikut saya jabarkan 5 instrumen dalam berpikir :
- Mengerti (konsep) adalah minimal 2 pengertian terhadap sesuatu tanpa adanya hubungan dengan pengertian lainnya. Misalnya, buku saya di meja. Kata “buku” dimengerti sebagai kumpulan kertas yang bertuliskan mengenai sesuatu dan dijilid. “meja” adalah benda yang memiliki permukaan datar dan kaki sebagai penyangga serta memiliki fungsi-fungsi yang berbeda. Pengertian kata “meja” dan “buku” dalam “buku saya di meja” tidak memiliki hubungan.
- Memutuskan/proposisi adalah minimal 2 pengertian yang memiliki sebuah hubungan. Misalnya, handphone diatas meja adalah kepunyaan saya. “Handphone” dan “meja” memiliki hubungan sebagai “kepunyaan saya”.
- Menyimpulkan/argumen adalah minimal 2 proposisi (premis) sebagai dasar untuk menyimpulkan sesuatu. Misalkan, poligami kita tolak karena merendahkan martabat perempuan. Premis 1 : semua yang merendahkan martabat perempuan ditolak, Premis 2: poligami merendahkan martabat perempuan.
- Mendefinisikan atau kata dasarnya definisi menurut Alex Lanu dalam bukunya Logika Selayang Pandang adalah suatu susunan kata yang tepat, jelas dan singkat untuk menentukan batas pengertian yang tertentu agar dimengerti dengan jelas dan dapat dibedakan dari semua pengertian (hal) lainnya. Berikut adalah aturan definisi yang baik:
– Definisi bisa dibolak balikan. Misalnya, Handphone adalah salah satu alat komunikasi. Definisinya bisa dibalik menjadi, salah satu alat komunikasi adalah Handphone.
– Definisi tidak boleh berupa kalimat negatif. Misalnya, Handphone bukan sebuah buku.
– Kata yang didefinisikan tidak boleh memakai bahasa yang kabur, kiasan atau mendua arti. Misalnya, Handphone adalah sebuah dunia yang memiliki banyak informasi didalamnya. - Mengelompokkan adalah pembagian ke dalam kategori-kategori tertentu. Berikut terdapat 4 prinsip dalam melakukan penggolongan:
(1) Penggolongan idealnya harus lengkap yang berarti semua tulisan terjaring kedalam kelompok yang telah dibuat. Misalkan, Agama di Indonesia dapat digolongkan menjadi lima agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Pengelompokkan ini belum tepat karena masih ada agama lainnya seperti agama Kong Hu Cu dan agama-agama suku yang ada di Indonesia.
(2) Penggolongan tidak boleh saling tumpah tindih. Misalkan, Jadwal siaran Shanty setiap hari senin sampai dengan hari jumat adalah: 10:00 – 12:00 WITA dan 12:00-15:00 WITA. Dalam pembagian ini, 12:00 WITA masuk 2 kategori. Seharusnya 10:00 – 11:59 WITA dan 12:00 – 15:00 WITA.
(3) Penggolongan harus konsisten. Misalkan, Menurut jenis kelamin, setiap orang dibedakan menjadi perempuan, laki-laki, lesbian, homo dan waria. Pembagian ini tidak tepat karena menggabungkan jenis kelamin dan orientasi seksual.
(4) Penggolongan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Contoh, Agus ingin menyusun buku supaya mudah untuk dipelajari, tapi Agus menyusun bukunya menurut ukuran buku (besar dan kecil). Seharusnya Agus menyusun bukunya sesuai disiplin dan isi bukunya.
Itu adalah instrumen yang diberikan sekaligus diajarkan penggunaannya kepada kepada kami (para peserta) untuk menulis maupun memeriksa sebuah tulisan. Jika biasanya proses menulis saya adalah membaca (riset) dan memahami baru menulis maka sekarang sudah meliputi kelima instrumen tersebut.
Akhir dari tulisan yang saya buat ini adalah sebuah awal lahirnya tulisan baru dan tulisan-tulisan lainnya. Kelas TRW telah membantu menuntun saya secara pribadi untuk merangkai buah pemikiran yang terwujud dalam tulisan ini. Meski begitu hasil yang saya dapatkan bisa saja berbeda dengan peserta lainnya karena masing-masing peserta memiliki keunikannya sendiri dalam menerima suatu pengalaman belajar dalam kelas ini.
Selanjutnya, saya dengan senang hati selalu membuka ruang komentar terkait tulisan yang saya buat demi menjaga eksistensi berpikir kritis. Salam Argumen!
Leave a Reply