Hiduplah Sebaik-Baiknya

Ketong Bersama – Bagi sebagian orang menjadi dewasa memberikan kesadaran bahwa hidup itu terlalu melelahkan bila harus digunakan untuk membicarakan tentang sisi negatif kehidupan orang lain. Fokus membenah diri sendiri, sambil terkadang mempertanyakan apakah yang akan terjadi di masa depan akibat ada ragu dan takut bila yang direncanakan akan gagal lagi. Tulisan ini ingin membagikan sebuah pengalaman dari seorang perempuan muda asal Nusa Tenggara Timur yang sedang menjalani masa dewasanya dengan sadar bahwa hidup itu tak perlu sempurna tapi hiduplah sebaik-baiknya.

Perkenalkan, namanya adalah Atta Loban biasanya disapa dengan Atta. Ia memiliki gelar S.Si yang kerjanya kebetulan belum ada yang paralel dengan gelar tersebut. Diketahui sebagai seseorang dengan kepribadian ENFP, ia lalu mendaftar dan diterima menjadi seorang Guru  Pedalaman di Nias Selatan, Sumatera Utara. Sebelumnya Atta  bekerja di Lembaga Kemanusiaan yang menurut kisahnya ia tidak merasa dimanusiakan di tempat itu. Selanjutnya ia pernah menjadi staff di salah satu sekolah negeri di Kota Kupang.

Kenapa memutuskan untuk menjadi guru?
Jujur, pertanyaan ini beta ju sonde tahu jawaban pastinya. Teringat waktu zaman masih di Sekolah Dasar, ketika ditanya apa cita-citamu, beta selalu menjawab guru. Mungkin karena itu pekerjaan pertama yang beta tahu selain karena beta punya Bapa (Alm.) juga adalah seorang guru. Menurut beta itu menjadi jawaban mainstream yang selalu dijawab oleh anak-anak sekolah pada waktu itu selain jadi Dokter begitupun beta yang hanya ikutan menjawab saja waktu itu.

Beta bukan lulusan S1 dengan gelar S.Pd, bahkan paling lama kerja di LSM yang lebih banyak berhubungan dengan masyarakat sampai akhirnya, di Januari 2020, untuk pertama kalinya beta masuk di dunia kerja dalam Instansi Pendidikan di sebuah SDI di Kota Kupang, itupun bukan menjadi Guru tapi Pustakawati yang pada kenyataannya merangkap beberapa pekerjaan bahkan diminta mengajar saat Guru Wali Kelas atau Guru Mata Pelajaran berhalangan hadir.

2 tahun pun berlalu dan secara sonde sadar beta menyukai mengajar. Beta menyukai berbicara di depan banyak orang dan menjelaskan sesuatu yang beta pahami entah berbagi renungan, mengajar bahkan berbagi skill yang beta punya. Lalu Tuhan bekerja sama dengan semesta mempertemukan beta dengan Yayasan Tangan Pengharapan lewat media sosial.

Secara bersamaan beta stalking dan merasa terpanggil. Mungkin agak drama, tapi itu yang beta rasakan. Entah kenapa beta punya feeling ‘aduh ini pekerjaan kek untuk beta sekali’ dan yah 2 kali Apply untuk jadi Guru Pedalaman dan now, here I am, Atta si Guru Pedalaman. Terhitung Februari 2023  sudah 7 Bulan mengabdi di Nias Selatan, Sumatera Utara, tempat yang beta sonde pernah dengar sebelumnya tapi sekarang beta di sini. Beta merasa cita-cita yang pernah beta sekadar ucap sedang Tuhan wujudkan. Beta sonde bisa pastikan akan berapa lama beta ‘pakai’ cita-cita ini dan beta percaya bahwa ini semua bukanlah sebuah kebetulan.

Kenapa memutuskan untuk ikut program mengajar?
Selain karena terpanggil, jauh di lubuk hati sejujurnya beta mencari tempat untuk healing karena beta merasa lelah secara batin berada di rumah sejak kepergian Bapa.

Menurutmu pendidikan disana dan di kota apa bedanya ?
Pendidikan di Pedalaman dan Kota SANGAT BERBEDA. Ini beta bandingkan dengan tempat kerja sebelumnya. Pertama, Infrastruktur. Kursi kayu yang kadang sudah tak ada sandaran, paku-paku kecil masih tinggal tertancap di bangku dan bisa melukai anak-anak, papan tulis yang masih pakai kapur. Jujur ini mempengaruhi mood mengajarnya beta. Selanjutnya, atap-atap sekolah yang lubangnya seukuran kepala manusia. Bayangkan kalau hujan kita tidak bisa mengajar karna sibuk menggeser kursi dan membersihkan lantai kelas karena genangan air.

Kedua, Tenaga Pendidik. Kurangnya tenaga pendidik menyebabkan beberapa guru harus mengajar double mata pelajaran. Selain itu SDM tenaga pendidik yang terbilang belum cukup memadai dengan salah satu faktornya karena malas.

Ketiga, Peserta Didik. Siswa-siswi ke sekolah hanya berbekal 2 buku untuk banyak mata pelajaran, pulpen kadang pinjam ke teman-teman kelas lain, seragam sekolah yang sudah tidak lagi putih bersih, alas kaki yang tak layak pakai untuk anak usia mereka sampai dengan gizi anak-anak yang terbilang jauh dari kata baik (stunting).

Keempat, kurikulum. Pedalaman umumnya masih pakai KTSP sedangkan kalau di Kota anak-anak sudah diajarkan presentasi di depan kelas. Selain itu, di sini kami para guru masih mengajarkan untuk mengumpulkan keberanian anak-anak untuk  berani mengerjakan soal di papan tulis.

Hal yang menarik yang kamu temui dari segi budaya disana apa?
Hal menarik yang beta dapatkan khusus di Desa Hiliwaebu, Nias Selatan adalah budaya Kumpul Beras di Gereja pada setiap bulan di minggu akhir, dimana beras di kumpulkan per keluarga lalu di persembahkan di depan mimbar. Selanjutnya persembahan itu akan di doakan pas kebaktian minggu. Beras itu kemudian dijual untuk operasional gereja.

Hal menarik selanjunya dari keseluruhan Nias ini beta temukan saat acara pernikahan. Ada malam-malam hiburan sebelum hari H, karaoke dan menari MAENA bersama. Selesai itu yang ikut menari akan dapat cemilan (kalau acaranya di pihak lelaki) dan akan mendapatkan uang (kalau di pihak perempuan).

Pada waktu hari H pernikahan, after party semua keluarga akan dapat oleh-oleh berupa daging babi mentah 2-3 kg. Nama kepala keluarga akan dipanggil untuk mengambil daging tersebut. Hal ini sebagai bentuk ucapan terima kasih dari keluarga untuk semua tamu yang sudah mendukung secara materi maupun hadir untuk ikut meramaikan acara. Beta dan Partner dihitung sebagai 1 keluarga, selalu dapat lebih dibanding keluarga lain, mungkin karna pendatang 😄

Apa pesan buat anak muda kota Kupang?
Pertama,  jangan malu berTUHAN, biarlah orang-orang dapat berkat dari kamu punya dudu berdiri meskipun sesederhana jadi pendengar yang baik.

Kedua, jangan takut keluar dari Zona Nyaman, harus push your self untuk melakukan hal yang berbeda. Muda berkelana tua bercerita.

Ketiga, sayang diri sendiri dengan cara kenali potensi diri, supaya kalau ada yang bully atau anggap kamu rendah, kamu harus tau kalau selemah-lemahnya dirimu ada hal yang luar biasa dalam diri kamu.

Terakhir, berani bilang TIDAK pada apapun dan siapapun yang TOXIC.

Apakah akan balik ke Kupang setelah selesai mengabdi?
Jalan yang jauh jangan lupa pulang. Beta akan pulang karna ada cita-cita lain yang ingin beta raih.

Menurut kamu apakah status hubungan mempengaruhi kamu dalam bekerja?
Karena saat ini beta masih single. Beta sonde merasa terganggu. Status saat ini bisa bantu beta untuk fokus kerja, fokus ke diri sendiri, jadi diri sendiri, cintai diri sendiri, beri ruang untuk melayakan diri pada calon suami yang sedang beta doakan supaya bisa setara dalam berumah tangga.

Luar biasa jawaban yang Atta bagikan ke saya. Dari pengalaman yang Atta bagikan, saya percaya bahwa setiap mimpi yang diucapkan sejak kecil hingga dewasa secara tidak langsung sudah membentuk diri kita yang kemudian membuat semesta dan lingkungan sekitar membantu kita untuk membuatnya menjadi nyata.

Semoga kisah Atta menjadi inspirasi bagi yang membaca tulisan ini. Hiduplah sebaik-baiknya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page