Ketong Bersama – Di Madinah, ada perguruan tinggi yang menjadi incaran banyak calon mahasiswa dari Indonesia. Namanya, Universitas Islam Madinah (UIM). Perguruan tinggi ini lahir 65 tahun yang lalu dan menampung 17.873 mahasiswa dari 170 negara dan berbicara 50 bahasa selain bahasa Arab. Mahasiswa Indonesia adalah mahasiswa terbanyak, jumlahnya mencapai 1600 orang. Pada musim haji tahun 2024 ini, sebagian mahasiswa UIM menjadi tenaga pendukung Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Salah satu yang dibutuhkan dari mahasiswa ini adalah kemampuan bahasa Arab, yang memudahkan penyelenggara haji berkomunikasi dengan warga lokal dan lainnya.
Memiliki 9 fakultas
Bukhori ditemani rekannya Zulmar Adiguna (26) asal Sumatera Selatan (Sumsel), menemui para jurnalis di Media Center Haji (MCH) 2024 dengan menaiki skuter. Di dalam kampus, rata-rata mahasiswa punya skuter listrik atau otoped. Area kampus begitu luas mencapai 50 hektar. Lebih luas daripada area Masjid Nabawi yang hanya 34 hektar.
UIM memiliki 9 fakultas, yakni Syariah, Alquran, Hadis dan Studi Islam, Dakwah dan Ushuluddin, Bahasa Arab, Hukum, Komputer dan Sistem Informasi, Teknik, dan juga Sains. Paling banyak yang dipilih adalah Syariah, Hadis dan Studi Islam, serta Dakwah dan Ushuluddin. Meski menawarkan banyak fakultas, namun kampus ini hanya diperuntukkan bagi laki-laki saja. Tidak ada mahasiswi di sana. Bahkan, tidak ada perempuan satu pun di kampus itu.
Dapat uang saku dan tiket pulang pp
Semua mahasiswa di UIM mendapat beasiswa penuh. Mulai dari biaya pendidikan, asrama, makan, uang saku, buku, hingga tiket pulang ke Indonesia PP setiap tahun. Mahasiswa biasanya pulang ke Indonesia pada liburan panjang. Mereka libur panjang pada musim haji, awal Dzulhijjah hingga akhir Muharam. jika dinominalkan, selama empat tahun studi, nilai beasiswa di UIM mencapai Rp 1 miliar.
Karena hal itulah, Ustaz Dr Ariful Bahri MA, alumnus UIM asal Kampar, Riau yang menjadi pengisi kajian di Masjid Nabawi mengatakan bahwa beasiswa di UIM itu 1000%. Untuk menggambarkan bahwa semua kebutuhan mahasiswa di UIM ditanggung penuh oleh Kerajaan Arab Saudi. Mendaftar di UIM tidak wajib bisa bahasa Arab. Mereka akan mengikuti kuliah bahasa Arab dulu di dua semester awal. Bahkan ada yang sampai 4 semester. Setelah itu baru mengikuti kuliah sesuai jurusan yang dipilih.
Tak harus memakai jubah
Soal pakaian, kata Bukhori, juga bebas. Tidak harus memakai jubah atau thobe. Hanya mahasiswa Arab Saudi yang wajib memakai thobe atau thawb, lengkap dengan sorban dan headband atau di Arab disebut keffiyeh.
Setiap mahasiswa akan tinggal di asrama. Untuk gedung asrama yang baru, satu kamar diisi dua mahasiswa. Sedangkan di gedung lama, diisi empat mahasiswa. Pihak kampus yang menentukan seorang mahasiswa tinggal di kamar yang mana. Rata-rata setiap asrama terdiri dari enam lantai yang dilengkapi dengan lift. Di kamar terdapat sekat setinggi 2 meter untuk memisahkan ruangan antarmahasiswa. Selain itu, kamar juga dilengkapi dengan AC, tempat tidur, lemari, meja dan kursi belajar, juga rak buku. Di setiap sudut bangunan ada kamar mandi yang jumlahnya banyak, ruang cuci pakaian yang dilengkapi mesin cuci, dan dapur.
Uang bulanan 3,6 juta
Setiap bulan, mahasiswa mendapat mukafa’ah alias uang saku SAR 850 atau sekitar Rp 3,6 juta. Untuk makan, mahasiswa bisa membelinya di beberapa kantin yang ada di dalam kampus. Harganya murah karena disubsidi pihak kampus.
Yang istimewa, para mahasiswa Indonesia bisa umrah setiap saat di sana. Biasanya mereka naik bus ke Makkah dengan ongkos SAR 50 atau Rp 215 ribu. Itu sebabnya, Zulmar betah dan memilih kuliah di UIM. Saat butuh ketenangan, dia tinggal berangkat umrah. Beberapa alumni UIM di Indonesia antara lain Hidayat Nur Wahid, Salim Segaf Al-Jufri, Maftuh Basyuni, Said Agil Husin Al Munawar, Abdul Gani Kasuba, Firanda Andurja Abidin, Khalid Basalamah, dan Syafiq Riza Basalamah.
Source : Kompas.com
Leave a Reply