Catatan Kontemplasi

Masih dalam ruang perenungan mengenai perjalanan hidup

Terkesan baku, bertele-tele yang tentu saja membosankan

Ya, sangat masuk akal  bagi yang terlalu pandai menjalani kehidupan

Apa benar menjadi tahu mewajibkan tanggung jawab?

Apa harus ada jarak sehingga rindu bisa tumbuh?

Lalu mengapa ilmu selalu kalah dengan ego?

Mungkinkah setiap pengetahuan yang tak bisa dijelaskan dinubuatkan sebagai kuasa Yang Maha Pencipta?

Kuasa yang menguntungkan disebut dari Allah

Sedangkan kuasa yang buruk dikatakan berasal dari Setan

Lalu disebut apakah kuasa seorang manusia yang mereplika pikirannya sendiri menjadi sebuah teknologi canggih?

Selanjutnya, jika salah dan benar tergantung dari sudut pandang, mengapa netral yang seringkali dijadikan kambing hitam?

Menariknya, jawabannya selalu tidak perlu ada

Semua pertanyaan, konon katanya hanya dipertanyakan oleh pemikir yang tidak punya kerjaan

Atau yang fokus kehidupannya adalah bertahan hidup pada aturan yang dijalankan

Lalu bagaimana jika aturan yang dibuat adalah untuk mengerdilkan pertumbuhan?

Apakah harus selalu ada titik akhir dari pertumbuhan ataukah tumbuh berarti untuk menyusut?

Seolah kamu hidup hanya untuk mati. Dasar pecundang!

Menyerah pada argumentasi pertanyaan dengan anggapan tak ada yang peduli

Padahal membenahi hidup tak perlu menunggu empati orang lain

Meski akan banyak yang menaruh perhatian ketika hidup menjadi mapan

Jadi kesimpulannya mungkin tentang teruslah mempertanyakan sesuatu

Ketika memang ada pertanyaan yang terlintas dalam pikiran

Sebab percayalah ia tidak datang begitu saja sama seperti dirimu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page